Kamis, 28 Mei 2015

satuan operasi

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI




OLEH :
Kelompok         : 1 (Satu)
Nama            : Fero Susanto
NPM            : E1G013084
Nama            : Irfani Mahfudh
NPM            : E1G013096
Nama            : Risno
NPM            : E1G013077
Nama            : Riyan Hidayat
NPM            : E1G013102
Nama            : Cristopel Simatupang
NPM            : E1G013110
Dosen             : 1. Dr. Ir. Kurnia Herlina Dewi, MP
                  2. Drs. Bosman Sidebang, M.Si
                  3. Yessy Rosalina, STP, M.Sc
                 
           

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI








Judul Pratikum    : 1. PENGECILAN UKURAN DAUN SIRIH
                  2. PENGERINGAN DAUN SIRIH
                  3. EKSTRAKSI DAUN SIRIH
                  4. PENCAMPURAN DAUN SIRIH
Hari / jam        : Rabu / 12.00-13.40 Wib








LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
    Latar Belakang
    Latar Belakang dari Pengecilan Ukuran
Pengecilan ukuran dapat didefinisikan sebagai penghancuran dan pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Penggunaan proses penghancuran yang paling luas di dalam industri pangan barangkali adalah dalam penggilingan butir-butir gandum menjadi tepung, akan tetapi penghancuran ini dipergunakan juga untuk beberapa tujuan, seperti penggilingan jagung menghasilkan tepung jagung, penggilingan gula, penggilingan bahan pangan kering seperti sayuran.
Dalam pengecilan ukuran ada usaha penggunaan alat mekanis tanpa merubah stuktur kimia dari bahan, dan keseragaman ukuran dan bentuk dari satuan bijian yang diinginkan pada akhir proses, tetapi jarang tercapai
Bahan mentah sering berukuran lebih besar daripada kebutuhan, sehingga ukuran bahan ini harus diperkecil. Operasi pengecilan ukuran ini dapat dibagi menjadi dua kategori utama, tergantung kepada apakah bahan tersebut bahan cair attau bahan padat. Apabila bahan padat, operasi pengecilan disebut penghancuran dan pemotongan, dan apabila bahan cair disebut emulsifikasi atau atomisasi.
            Penghancuran dan pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel lebih kecil. Penggunaan proses penghancuran yang paling luas di dalam industri pangan barangkali adalah dalam penggilingan butir-butir gandum menjadi tepung, akan tetapi penghancuran ini digunakan juga untuk berbagai tujuan, seperti penggilingan jagung untuk menghasilkan tepung jagung, penggilingan ula dan penggilingan bahan pangan kering seperti sayuran. Pemotongan dipergunakan untuk memecahkan potongan besar bahan pangan menjadi potongan-potongan kecil yang sesuai untuk pengolahan lebih lanjut, seperti dalam  penyiapan daging olahan.

    Latar Belakang Pengeringan
    Pengeringa nmerupakan proses penurunan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan produk akibat aktivitas biologi dan kimia. Pengeringan pada dasarnya merupakan proses perpindahan energy yang digunakan untuk menguapkan air yang berada dalam bahan, sehingga mencapai kadar air tertentu agar kerusakanbahanpangandapat diperlambat.
    Kelembapan udara pengering harus memenuhi syarat yaitu sebesar 55 – 60% .Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas mikroorganisme dan enzim menurun sebagai akibat jumlah air yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup. Proses pengeringan bukan merupakan proses sterilisasi. Produk yang sudah dikeringkan harus dijaga supaya kadar airnya tetap rendah. Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang relative kecil dari bahan dengan menggunakan energy panas(Pinem, 2004).

    Latar Belakang dari Ekstraksi
Pemisahan mekanis adalah cara pemisahan antara dua komponen atau lebih melalui sedimentasi (pengendapan), sentrifugasi (pemusingan), filtrasi (penyaringan). Pemisahan mekanis dikelompokkan dalam 4 kelompok yaitu penyaringan, pengendapan, klasifikasi dan pemisahan sentrifusi. Penyaringan adalah pemisahan bahan padat dari bahan cair dicapai dengan mengalirkan campuran penembus pori-pori, yang cukup halus untuk menahan bahan padat akan tetapi cukup besar untuk melakukan  bahan cair. Dalam sedimentasi, dua bahan cair yang tidak dapat bercampur, atau bahan cair dan bahan padat, dipisahkan dengan membiarkan bahan-bahan ini sampai pada keadaan-keadaan keseimbangan di bawah pengaruh gaya gravitasi, bahan yang lebih berat jatuh terlebih dahulu daripada bahan yang ringan. Proses ini merupakan proses yang lambat dan selalu dipercepat dengan menggunakan gaya sentrifusi untuk meningkatkan kecepatan pengendapan, resultanse proses pemisahan ini disebut pemisahan sentrifusi.
Ekstraksi merupakan sutau cara pemisahan komponen dari suatu system campuran,baik itu padatan-padatan, padatan- cairan, ataupun cairan-cairan. Dengan menggunakan system ekstraksi, maka akan memudahkan mahasiswa atau peneliti memperoleh komponen ekstrak bahan yang diinginkan. Cara-cara ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah metode khemis dengan mengunakan bahan bahan kimia untuk mendapatkan ekstrak. Dan metode lainnya adalah metode fifis hidrolis yang mana untuk mendapatkan ekstrak dari suatu bahan memanfaatkan perbedaan tekanan dari dalam bahan dan yang dari luar bahan.
Pemisahan atau pengambilan komponen dari bahan sumbernya pada dasarnya dapat dilakukan dengan penekanan atau pengempaan, pemanasan dan penggunaan pelarut. Biasanya ekstraksi dengan pengempaan  dan atau dengan pemanasan dikenal dengan cara ekstraksi secara mekanis. Bahan hasil pertanian yang seringkali diambil komponen minyaknya dengan cara mekanis antara lain kacang tanah dan kemiri. Pemisahan dengan cara mekanis hanya dapat dilakukan untuk pemisahan komponen dalam sistem campuran padat-cair, sebagai contoh ekstraksi minyak dari biji-bijian.

    Latar Belakang Pencampuran
Pengadukan (agitation) adalah pemberian gerakan tertentu sehingga menimbulkan reduksi gerakan pada bahan, biasanya terjadi pada suatu tempat seperti bejana. Gerakan hasil reduksi tersebut mempunyai pola sirkulasi. Akibat yang ditimbulkan dari operasi pengadukan adalah terjadinya pencampuran (mixing) dari satu atau lebih komponen yang teraduk. Ada beberapa tujuan yang ingin diperoleh dari komponen yang dicampurkan, yaitu membuat suspensi, blending, dispersi dan mendorong ,Pada industri kimia seperti proses katalitik dari hidrogenasi, pengadukan mempunyai beberapa tujuan sekaligus. Pada bejana hidrogenasi gas hidrogen disebarkan melewati fasa cair dimana partikel padat dari katalis tersuspensi. 
    Pemakaian operasi pengadukan dalam industi adalah pencampuran pulp dalam air untuk memperoleh “larutan” pulp. Larutan pulp yang sudah cukup homogen disebarkan ke mesin pembuat kertas menjadi lembaran kertas setelah proses filtrasi vakum dan dikeringkan.
Proses pencampuran yang dimaksudkan untuk membuat suatu bentuk dan beberapa konstituan baik liquid-solid(pasta), atau solid-solid dan kadang-kadang liquid-gas. Prinsip pencampuran didasarkan pada peningkatan pengacakan dan distribusi dua atau lebih komponen yang mempunyai sifat yang berbeda. Derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dan waktu yang dibutuhkan, keadaan produk bahkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan pencampuran. Derajat keseragaman pencampuran dapat diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran.
    Tujuan Pratikum
    Tujuan dari Pengecilan Ukuran
    Mengetahui pengaruh kondisi bahan baku terhadap hasil pengecilan ukuran (kelembutan dan keseragaman) produk yang dihasilkan.
    Tujuan dari Pengeringan
    Mahasiswa dapat menghitung laju pengeringan hasil pertanian (daun sirih kasar dan halus) menggunakan alat pengering buatan (rumah kaca) pada berbagai kapasitas dan ketebalan bahan.

    Tujuan dari Ekstraksi
    Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi  pada berbagai produk pertanian.
    Mahasiswa mampu menghitung rendemen produk pada berbagai proses ekstraksi.
    Tujuan dari Pencampuran
    Memperkenalkan prinsip kerja dan operasi  pencanpuran bahan granula.
    Memperkenalan prinsip perhitungan variable pencanpuran berbentuk granula.
    Membandingkan laju pencampuran dan masing2 bentuk bahan.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
    Tinjauan Pustaka Pengecilan Ukuran
Penggilingan silinder hampir sama dengan penghancuran silinder, akan tetapi penggilingan silinder berpermukaan yang halus atau silinder yang berpermukaan sedikit bergelombang dan berputar pada kecepatan yang berbeda. Alat ini sangat umum dipergunakan untuk menggiling tepung. Oleh karena bentuknya yang sederhana, ukuran maksimum partikel yang dapat lolos dari silinder dapat diatur. Apabilia koefisien gesekan antara silinder dan bahan umpan diketahui, partikel terbesar yang dapat dihancurkan antara silinder dapat dihitung (Apriyantono, 1989).
Bahan mentah sering berukuran lebih besar daripada kebutuhan, sehingga ukuran bahan ini harus diperkecil. Operasi pengecilan ukuran ini dapat dibagi menjadi dua kategori utama, tergantung kepada apakah bahan tersebut bahan cair attau bahan padat. Apabila bahan padat, operasi pengecilan disebut penghancuran dan pemotongan, dan apabila bahan cair disebut emulsifikasi atau atomisasi (Stumbo, 1949).
Penghancuran dan pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel lebih kecil. Penggunaan proses penghancuran yang paling luas di dalam bidang industri pangan barabgkali adalah penggilingan butir-butir gandum menjadi tepung, akan tetapi penghancuran ini dipergunakan juga untuk berbagai tujuan, seperti penggilingan jagung untuk menghasilkan tepung jagung, penggilingan gula dan penggilingan bahan kering seperti sayuran. Pemotongan dipergunakan untuk memecahkan potongan besar bahan pangan menjadi potongan-potongan kecil yang sesuai untuk pengolahan lebih lanjut, seperti dalam penyiapan daging olahan (Earle, 1969).          
Apabila suatu partikel yang seragam dihancurkan, setelah penghancuran pertama, ukuran partikel yang dihasilkan akan sangat bervariasi dari yang relatif sangat kasar sampai yang paling halus bahkan sampai abu Ketika penghancuran dilanjutkan, partikel yang besar akan dihancurkan lebih lanjut akan tetapi partikel yang kecil akan mengalami perubahan relatif sedikit. Pengawasan yang teliti memperlihatkan bahwa ada kecenderungan bahwa beberapa ukuran tertentu akan meningkat dalam proporsinya pada campuran yang kelak  akan menjadi ukuran fraksi yang dominan  (Suharto, 1991).



    Tinjauan Pustaka Pengeringan
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan merekasaling bertukar energy dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energy   ini  begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang kedalam gas dan menguap. Dasardari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air menuju udara karena adanya perbeda an kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. (Sathu, Suyanti.  2006).
Proses pengeringan ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara lingkungan, kecepat analiran udara pengering, kandungan air yang diinginkan, energy pengeringan dan kapasitas pengeringan. Pengeringan yang terlampau cepat dapat merusak bahan  sehubungan permukaan bahan terlalu cepat kering sehingga kurang bias diimbangi dengan kecepatan gerakan air bahan menuju permukaan. Dan lebih lanjut, pengeringan cepat menyebabkan pengerasan pada permukaan bahan sehingga air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena terhambat. Di samping itu, kondisi pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak bahan. Pengaturan suhu dan lamanya waktu pengeringan dilakukan dengan memperhatikan kontak antara alat pengering dengan alat pemanas (baik berupa udara panas yang dialirkan maupun alat pemanas lainnya). Namun demi pertimbangan-pertimbangan standar gizi maka pemanasan dianjurkan tidak lebih dari 850C. (Pantastico, B. ER. 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
    Faktor yang berhubungan dengan udara pengering.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah suhu, kecepatan volume aliran udara pengering, dan kelembaban udara.
    Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan adalah perubahan mutu produk yang dikeringkan sebagai akibat perubahan faktor-faktor tertentu yaitu suhu, luas permukaan, kecepatan pergerakan udara, dan tekanan atmosfir. Jenis alat pengering yang cocok untuk suatu bahan pangan dan preparasi yang harus diberikan pada bahan pangan tersebut untuk mendapatkan kondisi pengeringan terbaik. (Afrianti, Leni H.  2008).

    Tinjauan Pustaka Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara pemisahan komponen dari suatu sistem campuran,baik itu berupa campuran padatan-padatan,padatan-cairan,maupun cairan-cairan. Dalam melakukan ekstraksi terdapat dua cara yang banyak digunakan, yaitu cara khemis dan cara fisis mekanis. Pada ekstraksi khemis bekerja berdasarkan perbedaan kelarutan komponen terhadap komponen lain di dalam suatu campuran,sehingga terjadi pemisahan antara komponen yang mempunyai kelarutan lebih kecil dalam pelarut yang digunakan. Sedangkan pada ekstraksi dengan cara fisis mekanis bekerja berdasarkan beda tekanan yang diberikan terhadap campuran padat cair,sehingga akan menimbulkan beda tekanan antara di dalam dan di luar bahan (Anonim 2014).
    Dalam melakukan proses ekstraksi sangat penting dilakukan proses pendahuluan,hal ini dikarenakan ekstraksi akan lebih baik,jika bahan yang digunakan atau yang akan diekstraksi mempunyai luas permukaan yang besar dan struktur di dalam sel tersebut telah rusak.Selain itu ekstraksi juga dipengaruhi oleh tekanan (P) dan waktu (t).Tekanan akan menyebabkan deformasi dan aliran pada bahan,makin tinggi tekanan maka deformasi akan semakin cepat demikian juga dengan alirannya.Sedangkan semakin lama waktu yang digunakan maka akan semakin rusak struktur sel,sehingga aliran akan semakin besar(Taib, dkk. 1998).
    Pada proses ekstraksi untuk mendapatkan suatu hasil dari suatu campuran,sangat dipengaruhi oleh konsentrasi komponen yang akan dipisahkan.Cara yang digunakan pada bahan padat,pemisahan kedua bahan pada umumnya digunakan pengendapan,sedangkan pada bahan cair bahan tersebut harus tidak saling bercampur(Earle, R.L; l982).
Pengendapan mempergunakan gaya gravitasi atau gaya sentrigugal untuk memisahkan partikel dari aliran bahan cair. Partikel biasanya bahan padat, akan tetapi bahan ini dapat lebih kecil daripada butir bahan cair dan bahan cair tersebut berupa suatu cairan atau gas. Pengendapannya paling sering dipergunakan dalam industri pangan untuk memisahkan kotoran pada bahan pangan (Winarno,F.G; 1997).
Dalam proses penyaringan, bahan cair dilakukan menembus lubang-lubang halus. Partikel yang melayang di dalam bahan cair, yang tidak dapat dalam melalui lubang tersebut, tertahan dan menumpuk menjadi yang disebut dengan ”filter cake”. Kadang-kadang bahan cair yaitu filtratnya menjadi hasil saringan, dalam hal lain ”filter cake” yang diinginkan. Penyaringan merupakan proses yang lambat, yaitu kemampuan relatif bahan untuk menembus melalui lubang-lubang halus, dipergunakan untuk mempengaruhi pemisahan, dan ini merupakan penyaringan partikel-partikel yang melayang di dalam suatu bahan cair (Yulia, 1999).

    Tinjauan Pustaka Pencampuran
Proses pencampuran banyak dilakukan di dalam industri pangan, seperti pencampuran susu dengan coklat, tepung dengan gula, larutan gula dengan konsentrat buah-buahan, atau CO2 dengan air, dan kegiatan pencampuran melibatkan berbagai jenis alat pencampur. Derajat keseragaman pencampuran diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran, jika komponen yang dicampur telah terdistribusimelalui komponen lain secara random, maka dikatakan pencampuran dengan baik (Kanoni, Sri, 1999. andout Viskositas TPHP).
Proses pencampuran dimaksudkan untuk membuat suatu bentuk uniform dari beberapa konstituan baik liquid-solid (pasta), solid-solid dan kadang-kadang liquid-gas. Berbagai proses pencampuran harus dilakukan di dalam industri pangan seperti pencampuran susu dan cokelat, tepung dan gula, larutan garam dengan konsentrat buah-buahan atau CO2 dengan air dalam kegiatan pencampuran berbagai jenis alat pencampuran (Khatir, Rita, 2006).
Berdasarkan hal ini suatu prosedur statistik untuk mengukur derajat pencampuran adalah sebagai berikut  campuran berbentuk pasta.Jika suatu campuran berbentuk pasta, misalkan tepung dan air dicampur maka akan ada suatu nilai rata-rata kandungan air adonan pada setiap waktu. campuran berbentuk granulaPada pencampuran berbentuk pastproses pencampuran adalah suatu proses yang penting dilakukan dalam industri, bahkan mesin pencampur ditemukan di hampir semua industri pengolahan pangan maupun non pangan mulai dari pencampuran yang sederhana sampai pencampuran yang rumit seperti pada industri farmasi. mesin pencampur dapat digolongkan dalam kategori mesin pengolah dalam suatu industri yang menunjang proses pengolahan bahan menjadi produk.tujuan operasi pencampuran adalah bergabungnya bahan menjadi suatu campuran yang memiliki kesamaan penyebaran yang sempurna(Suharto, 1991).
            Pencampuran adalah suatu operasi yang menggabungkan dua macam atau lebih komponen bahan yang berbeda hingga tercapai suatu keseragaman.prinsip pencampuran bahan banyak diturunkan dari prinsip mekanika fluida dan perpindahan bahan akan ada bila terjadi gerakan atau perpidahan bahan yang akan dicampur secara horizontal ataupun vertikal (Azwar, 1991).
            Derajat pencampuran dapat didikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan utuk melakukan pencampura. Derajat keseragaman pencampuran dapat diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran, dalam hal ini jika komponen yang dicampur telah terdistribusi melalui komponen lain secara random(acak) maka dikatakan pencampuran telah berlangsung baik (Elin, 1992).


















BAB III
BAHAN DAN METODE PRATIKUM

    Bahan dan Metode pengecilan ukuran
    Alat dan bahan
    Bahan
Daun sirih
    Alat
Pisau
    Metode pratikum
    Daun dibersihkan lalu ditimbang.
    Kemudian iris menggunakan pisau sesuai keperluan.
    Hasil irisan ditimbang kembali.

    Bahan dan Metode Pengeringan
    Alat dan bahan praktikum
    Bahan
Daun sirih
    Alat
Pisau, rumah kaca, nampan, timbangan analitik dan plastik.
    Metode praktikum
    Sirih dbersihkan lalu ditimbang sebanyak 15o gram.
    Lalu sirih diiris dan dipisahkan masing-masing 10 gram, 20 gram dan 30 gram.
    Lalu dimasukkan ke loyang dengan luas area masing-masing 10 x 10 cm2.
    Selanjutnya dilakukan penjemuran dan sampel ditimbang setiap 4 jam selam 24 jam.
    Setiap selesai penimbangan sampel harus diambil sebanyak 1 gram.
    Hitung laju pengeringan.

    Bahan dan Metode Ekstraksi
    Alat dan bahan praktikum
    Bahan
Daun Sirih dan air
    Alat
Alat ekstraksi soxhlet, maserasi, gelas piala, timbangan analitik, dan pisau.
    Metode pratikum
    Ekstraksi menggunakan soxhlet
    Siapkan peralatan soxhlet, pemanas dan chamber.
    Timbang sampel seberat 25 gram, masukkan pada tempat sampel dalam peralatan ekstraksi menggunakan soxhlet.
    Gunakan pelarut  air sebanyak 100 ml.
    Lakukan ekstraksi sebanyak 2 jam.
    Hitung kadar seduhan hasil eksrak menggunakan piknometer.
    Ekstraksi maserasi
    Siapkan gelas piala yang bersih.
    Timbang sampel 25 gram, masukkan pada gelas piala.
    Gunakan pelarut air sebanyak 100 ml.
    Tutup dan biarkan selama 2 jam lalu hitung kadar ekstrak menggunakan piknometer.

    Bahan dan Metode Pencampuran
    Alat dan bahan
    Bahan
Tepung terigu, tepung sagu dan air
    Alat
Mixer, aluminium foil, oven, sendok.
    Metode pratikum
    Hidupkan mixer lalu masukkan sagu sebanyak 75 gr : 75 ml air dan 75 gram : 150 ml air dan atur kecepatan sehingga konstan.
    Ambil sampel setiap 2 menit dan letakkan di aluminium foil.
    Lakukan pengambilan sampel sampai semua tercampur homogen.
    Hitung berat sampel sebagai berat awal.
    Sampel yang telah terkumpul dimasukkan ke dalam oven selama 2 jam hingga kadar air habis.
    Hitung berat sampel ahir.
BAB IV
HASIL PRATIKUM
    Hasil Pratikum dari Pengecilan Ukuran.
Pengecilan ukuran sirih secara kasar.
No    Berat sirih awal    Berat setelah diiris    Rendemen
1    150 gram    130    86,66 %

Dokumentasi pengecilan ukuran
Gambar 1. Sampel pengecilan ukuran secara kasar. Sampel ini berukuran berat sebesar 1 gram.
                           






    Hasil Pratikum dari pengeringan
    Pengeringan daun sirih kasar
Berat awal    Jam ke -    Berat setelah dijemur jam ke –(gram)
    0    10
    4    8,78
10 gram    8    1,5
    12    0,4
    16   
    20   
    24   
    0    20
    4    16,49
    8    5,5
20 gram    12    4,4
    16    0
    20    1,9
    24    1
    0    30
    4    23,23
    8    7,9
    12    8,3
30 gram    16    1,7
    20    2,9
    24    2,2




    Grafik laju pengeringan

    Dokumentasi pengeringan
Gambar 2. Sampel pengeringan yang dimbil sampelnya setiap 4 jam. Diman setiap 4 jam selama 24 jam tersebut berat dari sirih selalu berubah.





    Hasil Pratikum Dari Ekstraksi

    Ekstraksi Daun Sirih Basah
    Ekstraksi soxhlet (diiris kasar)
Berat sirih awal    Berat pikno    Berat pikno + air    Berak pikno + air + ekstrak    Berat padatan terlarut    Rendemen
25    23,1    47,1    47,2    0,1    0,1/25  ×100%=0,4%

    Ekstraksi maserasi (diiris kasar)
Berat sirih awal    Berat pikno    Berat pikno + air    Berak pikno + air + ekstrak    Berat padatan terlarut    Rendemen
25    23,1    47,1    47,2    0,1    0,1/25  ×100%=0,4%

    Ekstraksi soxhlet (diiris halus)
Berat sirih awal    Berat pikno    Berat pikno + air    Berak pikno + air + ekstrak    Berat padatan terlarut    Rendemen
25    23,1    47,1    47,2    0,1    0,1/25  ×100%=0,4%

    Ekstraksi maserasi (diiris halus)
Berat sirih awal    Berat pikno    Berat pikno + air    Berak pikno + air + ekstrak    Berat padatan terlarut    Rendemen
25    23,1    47,1    47,2    0,1    0,1/25  ×100%=0,4%

    Ekstraksi Daun Sirih Kering
    Ekstraksi soxhlet (diiris kasar)
Berat sirih awal    Berat pikno    Berat pikno + air    Berak pikno + air + ekstrak    Berat padatan terlarut    Rendemen
    23,1    47,1    47,2    0,1   

    Ekstraksi maserasi (diiris kasar)
Berat sirih awal    Berat pikno    Berat pikno + air    Berak pikno + air + ekstrak    Berat padatan terlarut    Rendemen
3,1    23,1    47,1    47,2    0,1    0,1/3,1  ×100%=3,22%

    Ekstraksi soxhlet (diiris halus)
Berat sirih awal    Berat pikno    Berat pikno + air    Berak pikno + air + ekstrak    Berat padatan terlarut    Rendemen
    23,1    47,1    47,2    0,1   

    Ekstraksi maserasi (diiris halus)
Berat sirih awal    Berat pikno    Berat pikno + air    Berak pikno + air + ekstrak    Berat padatan terlarut    Rendemen
    23,1    47,1    47,2    0,1   
2. Dokumentasi ekstraksi
a. Ektraksi menggunakan soxhlet sirih basah
Gambar 3. Hasil dari ekstraksi menggunakan soxhlet. Berat padatan terlarut sebanyak 0,1 gram dan berwarna kuning emas.   






b. Ekstraksi maserasi sirih kering
Gambar 4. Hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi yaitu mengendapkan sirih di dalam air. Sirih yang dipakai adalah sirih basah. Berat padatan terlarut sebanyak 0,1 gram dan berwarna kuning pucat.






    Hasil Pratikum dari Pencampuran
a. Pencampuran bahan granula sagu + air
1. Berat sagu 75 grm : 150 ml air 
Waktu menit    Berat awal awal    Berat ahir    air
2    3,1 gr    1,8  gr    1,3
4    1,7 gr    1,0  gr    0,7
6    1,3 gr    0,7 gr    0,6
8    3,1 gr    1,8 gr    1,3
10    4,1 gr    1,8 gr    2,3

    Sagu  75 grm :  75 grm
Waktu menit    Berat awal awal    Berat ahir    Air
2    5,0 gr    2,8 gr    2,2
4    4,3 gr    2,9 gr    1,4
6    7,7 gr    4,2 gr    3,5
8    5,7 gr    3,2 gr    2,5
10    7,9 gr    4,0 gr    3,9

b. Pencampuran bahan granula tepung + air
1. Tepung  75 gram + 150 ml air
Waktu menit    Berat awal awal    Berat ahir    Air
2    3,9  gr    1,8 gr    2,1
4      6  gr      3  gr    3
6    6,6 gr      3gr    3,6
8    6,5 gr    2,6 gr    3,9
10    5,1 gr    2,3 gr    2,8

2. tepung 75 gram + 75 ml air
Waktu menit    Berat awal awal    Berat ahir    Air
2    2,8  gr    1,3 gr    1,5
4    2,9  gr    1,3 gr    1,6
6    4,2 gr    1,9 gr    2,3
8    3,2 gr    1,8 gr    1,4
10    4,0 gr    2,6 gr    1,4

b. Dokumentasi pencampuran
1. Pencampuran awal.
Gambar 5. Sampel pencampuran antara sagu dan air disaat belum dimasukkan ke dalam oven. Volume sampel diambil secara acak dan diambil setiap 2 menit sampai semua tercampur.
Gambar 6 & 7. (Bawah). Sampel pencampuran saat setelah di oven sehingga kandungan air di dalam habis. Yang tersisa hanya sagu.



2. pencampuran ahir

BAB V
PEMBAHASAN
    Pembahasan pengecilan ukuran
Untuk pengecilan ukuran pada daun sirih dilakukan dua perlakuan yaitu mengiris dengan cara iris kasar dan dengan cara iris halus. Setelah dilakuka pengirisan ternyata pengirisan dengan cara kasar lebih sedikit bahan yang terbuang sehingga rendemen yang dihasilkan juga lebih besar. Mengapa sirih yang diiris kasar lebih sedikit bahan yang terbuang atau hialng jawabanya adalah ketika dilakukan pengirisan kasar resiko kehilangan bahan seperti melayang, jatuh, atau tinggal di tempat pengirisan jauh lebih kecil karena kita bisa lebih mengamati dari pada bahan hasil irisan tadi. Hal ini berbanding terbalik dari pada pengirisan dengan cara halus tadi sehingga rendemen yang dihasilkan dengan cara iris halus lebih kecil didapat.
    Pembahasan pengeringan
Dalam pengecilan ukuran daun sirih ini dilakukan dua metode yaitu dengan cara mengirirs kasar dan juga mengiris halus. Untuk kelompok ini yang dibahas hanya pengirisan yang menggunakan metode iris kasar. Seteleh dilakukan penjemuran selama 24 jam terhadap 3 sampel yang mempunyai berat masing-masing yaitu 10 gram, 20 gram, dan 30 gram dan luas area penjemuran untuk semuanya sama yaitu seluas 10 x 10 m2. Untuk berat sampel 10 gram lebih cepat kering ditandai dengan cepatnya turun berat dari berat semula. Hal ini karena pada berat 10 gram semua bagian dari sirih lebih banyak terkena sinar matahari sehingga lebih cepat kering dan berkurang kadar airnya. Hal ini berbanding terbalik dengan sirih yang memiliki berat 30 gram, dimana berat sirih setelah penjemuran lebih lambat berkurang beratnya karena permukaan dari sirih tidak semua yang mengenai sinar matahari langsung.
Dan untuk perbandingan dari laju pengeringan sirih yang diiris halus dengan tyang kasar ini menurut teori itu lebih cepat yang diiris halus mengering karena permukaan yang halus lebih banyak sehingga lebih luas. Tetapi dalam kasus pengeringan di kelas kami justru yang lebih cepat kering adalah yang diiris kasar. Setelah kami teliti dan pahami secara seksama ternyata kesalahan ada di peletakan loyang pada saat menjemur bahan. Dimana loyang untuk sirih kasar diletakkan di tinggkat atas sedangkan yang halus diletakkan di bawah, otomatis perlakuan ini membuat loyang bagian atas lebih banyak menerima cahaya matahari dari pada loyang bagian bawah.

    Pembahasan dari Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara pemisahan komponen dari suatu sistem campuran,baik itu berupa campuran padatan-padatan,padatan-cairan,maupun cairan-cairan. Pemisahan atau pengambilan komponen dari bahan pada dasarnya dapat dilakukan dengan penekanan atau pengempaan, pemanasan dan dengan menggunakan pelarut.
Untuk ekstraksi menggunakan soxhlet maupun maserasi kesemuanya menghasilkan berat padatan terlarut sebesar 0,1 gr sehingga ekstraksi ini berjalan dengan baik karena ada perbedaan pada saat sudah di ekstraksi dan sebelum ekstraksi.
Ekstraksi soxhlet memerlukan pengerjaan dan pengawasan ekstra dan juga pemanasan dan pendinginan yang teratur untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Prinsip kerjanya ialah bahan yang telah dibungkus dengan kertas saring dilakukan pemanasan berupa uap air panas sehingga kandungan sirih menguap keatas bersama uap air yang menguap, ketika uap akan mencapai bagian atas dari soxhlet maka dilakukan pendinginan menggunakan air yang mengalir sehingga uap tadi kembali turun ke bawah menjadi air ekstrak. Hal ini terjadi berjam-jam sehingga semua bahan terekstraksi.  Sehingga ektraksi pemisahan antara sirih dan kandungan sirih berjalan baik dengan hasil rendemen sebesar 0,4 %.
Ekstraksi maserasi adalah ekstraksi sederhana yang menggunakan prisip perendaman secara langsung. Dimana sirih yang telah diiris diletakkan di dalam sebuah botol dan diamkan sehingga air berubah warna. Bedanya dengan soxhlet, air hasil ekstraksi dari maserasi berwarna kunig pucat dan air hasil soxhlet berwarna kuning emas. Rendemen yang dihasilkan juga 0,4 %. Ini menandakan hanya sedikit kandungan ekstrak daun sirih yang terekstraksi.

    Pembahasan
Pencampuran adalah dimakksutkan untuk membentuk suatu bentuk uniform dan beberapa konsituen baik likuit,solid ,pasta.atau solid solid dan kadang kadang likqit gas ,dan prinsip pencampuran di dasarkan pada peningkatan pengacakan distribusi dua atau lebih komponen yang mempunyai sifat berbeda .dan bahan yang kami pergunakan dalam proses
pencampuran ini adalah tepung dan waktu yang kami buat berbeda beda dan setiap waktu hasil pencampuran tepung yang kami dapatkan pula berbededa deda ini di sebapkan oleh  derajat  pencampuran dikarakterisasi pada waktu yang dibutuhkan .ke dalam produk atau  bahan juminal tenaga yang di butuhkan untuk melakukan pencampuran ,dan derajat keseragaman pencampuran dapat di ukur dengan sampel yang di ambil selama pencampuran.
Dan di dalam pencampuran bahan granula pendekatan yang di lakukan dalam hal ini akan sama dengan pendekatan campuran berbentuk pasta ,dan sejumlah contoh di ambil secara akan dan di analisa standar devasi contoh kemudian di hitung  dari rata rata analisis.
Dan perbedaanya adalah pencampuran berbentuk pada indeks pasta pencampuran berdasarkan pada kondisi indeks pencampuran sedangkan pada campuran bernentuk granula indeks pencampuran berdasarkan pada kondisi setelah pencampuran tercampur ssempurna.dan banyak masalah dari pencampuran ini tidak mendapatkan hasil yang sepadan ini di akibatkan oleh bahan baku yang di gunakan pada saat.
Pencampuran kurang bagus,atau cara kerja nya kurang hati2 dalam melaksanaakan pencampuran dan kalau ingin mendapatkan hasil pencampuran yang baik sebakiknya sebagai praktikium pencampuran ini bahan bahan yang di pergunakan harus yabg berkualitas,dan cara kerja nya juga harus di kerjakan sebaik mungkin supaya menghasilkan  hasil pencampuran yang sempurna.











BAB VI
PENUTUP
    Kesimpulan dari pengecilan ukuran
    Pengecilan ukuran sangat efektif untuk mengeringkan suatu bahan karena cepat kering.
    Kesimpulan dari pengeringan
    Semakin lama waktu  pengeringan maka akan semakin berkurang pula berat dari daun sirih yang di keringkan.
    Jika waktu yang digunakan dalam pengeringan semakin lama, maka kadar air akan semakin berkurang karena pengaruh kalor dan suhu.
    Semakin lama pengeringan maka warna dari daun sirih yang dikeringkan akan semakin gelap/coklat.

    Kesimpulan dari Ekstraksi
    Dengan pratikum ini kami jadi mengetahui bagaimana cara mengesktraksi suatu bahan sendiri dengan berbagai metode. Yang termuda seperti uji maserasi.
    Rendemen ekstraksi merupakan persentase padatan terlarut yang terekstak di dalam suatun larutan yang dinyatakan dengan persentase.
    Kesimpulan dari Pencampuran
    Banyak pengaruh bahan yang tidak  berkualitas pada pencampuran ,hasil yang di dapatkan pada saat pencampuran tidak bagus,dapat kita lihat dari warna,kehalusan dan bau.
    Dan prinsip perhitungan variable pencampuran  sangat lah perlu di perhatikan lagi supaya pada saat pencampuran dapat menghasilkan data yang akurat.
    Perbandingan laju pencampuran  ini  di buat berdasarkan waktu yang telah di tentukan di mana setiap selang waktu yang di buat maka hasil nya pun berbeda
    Prinsip kerja pada proses pencampuran dilakukan pada saat awal bahan Disiapkan sebelum masuk ke alat pencampuran.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. Jember: FTP UNEJ.
Afrianti, Leni H.  2008. TeknologiPengawetanPangan. Alfabeta: Bandung.
Apriyantono, Anton, dkk, 1989. Analisis Pangan. PusbangtepaIPB :Bogor.
Azwar. 1991. Pengeringan Produk. Erlangga. Jakarta.
Earle, R.L. 1969. Satuan operasi dalam Pengolahan Pangan. Jakarta: PTSastra Hudaya.
Elin. 1992. Proses Pengeringan Suatu Produk. Yudhistira.Yogyakarta
Earle, R.L., 1969. SatuanOperasiDalamPengolahan Pangan. P.T. Sastra Hudaya: Jakarta.
Ir.Prof. 2004. GadjahMada University Press:Yogyakarta.
Taib,dkk.1988. Operasi Pengeringan pada Pengolahan Hasil Pertanian. Jakarta: PT Melton Putera.
Kanoni, Sri, 1999. andout Viskositas TPHP. Universitas Gadjah Mada: Jogjakarta.
Khatir, Rita, 2006. Penuntun Praktikum Fisiologi dan Teknologi Penanganan pencampuran bahan pangan.
Winarno,F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia.
Praptiningsih, Yulia. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. Jember: UNEJ.
Pantastico, B. ER. 2002. FisiologiPascaPanen. TerjemahanolehKamariyani,
Pinem, 2004. RancangBangunAlatPengeringanIkan Teri Kapasitas 12kg/jam.
Rosdaneli,Hasibun, 2005. Proses Pengeringan. Program StudiTeknik Kimia
Sathu, Suyanti.  2006. PenanganandanPengolahanBuah.  PenebarSwadaya: Jakarta.
Stumbo, G.R., 1949. Teknologi Pangan. P.T. Sastra Hudaya: Jakarta.
Suharto, 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: Jakarta.
StafPengajarJurusanTeknikMesin. PoliteknikNegeri Malang. Jurnal
Teknik SIMETRIKA Vol.3. No.3. 249-253.FakultasTeknik Sumatra Utara




PT. BIO NUSANTARA
TEKNOLOGI
“Tugas lapangan”
(kelompok 1)

PABRIK MINAK KELAPA SAWIT
(P M K S)
SUNGAI LEMAU

Narasumber : Ir. Bahul
Pemandu lapangan : Bambang Hariadi, STP


JALAN LINTAS UTARA KM. 19
KECAMATAN PONDOK KELAPA
KABUPATEN BENGKULU TENGAH
2014
    PENJELASAN SETIAP TAHAP DAN PROSES PENGOLAHAN CPO
    Stasiun peneriamaan buah
Stasiun penerimaan buah adalah tempat menampung buah sebelum dimasukkan dan diproses di dalam pabrik. Di tempat ini juga dilakukan tahap sortasi terhadap buah yang layak di buat CPO atau belum. Stasiun penerimaan buah ini juga meliputi :
    Timbangan
Timbangan ini berfungsi menimbang segala hal yang berupa input atau output yang akan keluar masuk pabrik. Seperti TBS (tandan buah segar), kernel, Minyak CPO dll.
    Loading ramp adalah tempat pembokaran dan menampung buah. Disinilah proses sortasi berlangsung. Ukuran loading ramp sangat bervariatif, untung PT. BIO memiliki ukuran seluas 40 x 40 m.
    Stasiun perebusan (Sterilizer)
Di stasiun sterilizer dilakukan perebusan terhadap buah TBS yang diterima dari loading ramp. Tujuan dari sterilizer sendiri antaranya adalah mengaktifkan enzim, mencegah ALB (asam lemak bebas), memudahkan perontokan buah, membunuh mikroorganisme dll. Kapasitas sterilizer di PT. BIO sendiri sekitarm30 ton dan dalam waktu dekat akan ditingkatkan sebanyak 45 ton. Dan alat sterilizer yang ada sekarang berjumlah 3 buah.
Suhu yang efektif digunakan untuk proses sterilizer yaitu sebesar 130 º C. Karena pada suhu ini air dan lainya akan menguap dan terbakar sedangkan minyak hanya akan menguap atau terbakar bila suhu di atas 150  º C. Sistem perebusan yang dipakai yaitu perebusan menggunakan tekanan upa tinggi dan panas.
Untuk proses sterilizer dan pengankutan buah setelah proses sterilizer dilakukan dengan menggunakan lori-lori yang terbuat dari baja. Masing-masing lori berkapasitas7,5-7,7 ton.
1.3 Stasiun perontokan (Theresshing)
Pada proses ini dilakukanm perontokan TBS yang sudah direbus. Dimana buah akan dipisahkan dari tandannya. Setiap 10 ton TBS akan menghasilkan 2,16 ton jakos. Kapasitas thersser ini adalah sebesar 45 ton/jam dan kecepatan drum tressing sebesar 22-25 rpm.
PT. BIO memiliki Rotary Drum dengan spesifikasi panjang drum 4,5 meter, diamater 1,8 meter dan kecepatan putar sekitar 23,09 rpm.


    Stasiun press
Stasiun ini terbagi atas dua unit proses yaitu unit pelumatan (Digesting) dan unit pengepresan (Pressing).
    Unit pelumatan (Digesting)
Unit pelumatan merupakan unit untuk mencacah brondol yang sudah dipisah oleh unit Tressing. Di dini dilakukan pengadukan menggunakan pisau dengan kecepatan 24 rpm dengan suhu di dalam pengaduk sebesar 90 º C. PT. BIO sendiri memiliki 4 unit Digester.
    Unit pengepresan (Pressing)
Alat ini berfungsi untuk mengekstraksikan biji sawit yang sudah dilumatkan oleh digester.
    Stasiun pemisahan (Clarifying)
Stasiun ini berfungsi untuk memisah antara minyak sawit kasar, sludge, serta air. Hasil dari stasiun ini berupa minyak, sludge/lumpur minyak, pasir, solid, air dll. Pada stasiun ini juga terbagi atas beberapa unit di antaranya :
    Sand Trap Tank
Merupakan alat yang berfungsi untuk menyaring dan menamngkap pasir yang dilakukan dengan cara sistem pengnedapan berkesinambungan.
    Vibrating Screen Oil
    Merupakan alat penyaring bergetar yang tersiri dari 2 tingkat. Alat ini berfungsi untuk menyaring NOS, serat/ampas, dan kotoran yang masing terikut dan dikembalikan ke Sand Trap Tank karena masing mengandung minyak.
    Crude Oil Tank
Berfungsi untuk menampung dan memanasakan minyak yang telah ditampung dari virbrating screen oil pada suhu 90-95 º C.
    Sand Cyclon
Pemisah antara minyak dan pasir.
    Continous Sattling Tank (CST)
Alat ini befungsi untuk memisahkan minyak dan air serta lumpur dengan cara proses pengendapan dan perbedaan berat air.
    Sludge Vibriting Screen
Alat ini berfungsi untuk menyaring sludge yang merupakan hasil pemisahan dari minyak di CST tersebut.
    Sludge Tank
Sludge Tank berfungsi untuk menampung sementara lumpur yang  akan diolah sludge saparator.
    Sludge Saparator
Alat ini berfungsi untuk mengutip minyak dengan cara memisahkan lumpur, Heavy Phase, dan cairan mengandung minyak dengan gay sentrifugasi.
    Oil Tank
Tempat penampungan minyak yang diperoleh dari dari pengutipan continous setling tank.
    Vacum Dryer
Mengurangi kadar air pada minyak sehingga kadar air yang tersisa hanya 0,1 %.
    Oil Stronger Tank
Merupakan tank ukuran besar yang digunakan untuk menyimpan minyak sebelum dijual. Di dalam tank ini suhu dijaga tetap konstan yaitu sekitar 50-55 ºC.

     PROSES PENGOLAHAN KERNEL
    Cake Breaker Conveyor
Alat ini berfungsi untuk memcahkan bongkahan press cake serta mengankutnya ke Deperycarper.
    Deperycarper
Alat yang digunakan untuk memisahkan serat dan benda-benda yang ringan dari inti dengan bantuan Blower.
    Nut Polishing Drum
Fungsi dari alat ini adalah memilah nut dari kotoran dan biji-biji yang besar.
    Ripple Mill
Adalah alat yang digunakan untuk memecah kernel yang sudah dikeringkan oleh Nut silo dryer.






Senin, 01 Desember 2014

identifikasi karbohidrat



  LAPORAN PRATIKUM BIOKIMIA




OLEH

Nama                           : Fero Susanto
NPM                            : E1G013084
Kelompok                    : 4 (Empat )
Hari/Jam                      : Senin/12.00-13.40 WIB
Tanggal                        : 17 November 2014
Ko-Ass                        : 1. Asima Rohana Sinaga
  2. Weka M Bangun
Dosen                         : 1. Dra. Devi Silsia, M,Si
                                                                          2. Fitri Electrika Dewi S, STP, M.Sc
                                       3. Drs. Hasan B. Daulay, MS
Objek Pratikum           : IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT




LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Karbohidrat atau sakarida yang berarti gula dalalm bahasa Yunani adalah sego;ongan senyawa organik yang palng melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki beberapa fungsi dalalm tubuh mahluk hidup terutama sebagai bahan bakar, cadangan makanan dan materi pembangun.
            Karbohidrat adalah abahan yang sangat dibutuhkan mahluk hidup disampinlemak dan protein. Senyawa ini dalam tubuh merupakan cadanngan makanan dan energi yang disimpan dalam sel. Sebagian besar karbohidrat yang terdapat di alam berupa polisakarida dangan berat molekul yang tinggi. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai penyimpanan bagi monosakarida, sedangkan yang lain sebagai penyususn di dalam dinding sel dan jaringan pengikat.
            Karbohidrat yang berasal dari makanan kita sehari-hari, dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolism. Hasil metabolism karbohidrat antara lain yaitu Glukosa yang terdapat dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati dan digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energi. Energi yang terkandung dalam karbohidrat itu pada dasarnya berasal dari energi matahari, yaitu glukosa yang dibentuk dari karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Dan selanjutnya glukosa yang terjadi di ubah menjadi amilum dan disimpan dalam bagian lain, misalnya pada buah, dan  umbi-umbian.
            Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa organic yang tersusun hanya dari atom karbon, hydrogen. Karbohidrat digolongkan kedalam 3 golonngan yaitu Monosakarida, Olisakarida, dan Polisakarida. Jenis karbohidrat yang sangat banyak maka diperlukan pengetahuan dasar tentang sifat fisik dan kimia karbohidrat, selain itu keragaman jenis memerlukan cara pengujian yang berbeda.
2.    Tujuan Pratikum  
1.      Mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu bahan.
2.      Membedakan antara monosakarida dan disakarida.
3.      Membuktikan adanya gula polisakarida.
4.      Membuktikan adanya gula pereduksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot serta juga untuk menjalankan berbagaI aktivitasfisik seperti berolahraga atau bekerja (Sirajuddin, 2010).
Pemisahan dan identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan teknik kromatografi, akan tetapi terdapat sejumlah test-test kualitatif yang dapat dilakukan diantaranya :
1.      Uji Molish
Uji ini merupakan uji yang paling umum untuk pengetesan adanya karbohidrat dan senyawa organik lainnya. Pada uji ini asam sulfat pekat berfungsi untuk menghidrolisis ikatan glikosidik, menghasilkan monosakarida yang akan didehidrasi menjadi furfural dan turunanya. Furfural mengalami sulfonasi dengan alpha naftol yang akan menghasilkan cincin warna ungu kompleks (merah-ungu), yang menunjukan adanya karbohidrat.
2.      Uji Benedict
Uji ini digunakan untuk pengetesan adanya gula pereduksi. Hasil tes ini memberikan endapan warna hijau, kuning, atau merah jingga yang memberikan perkiraaan semikualitatif adanya sejumlah gula yang mereduksi (Muray dkk, 2009).
Karbohidrat adalah poli hidroksi aldehid dan poli hidroksi keton dan meliputi kondensat polimer - polimernya yang terbentuk. Rumus empiris karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut : Cm(H2O)n atau (CH2O). Tetapi ada juga karbohidrat yang mempunyai rumus empiris tidak seperti rumus diatas, yaitu deoksiribosa, deoksiheksosa dan lain- lain (Murayy, 2009).
Semua jenis karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H), dan Oksigen (O). Perbandingan antara hydrogen dan oksigen pada umumnya adalah 2:1 seperti halnya dalam air; oleh karena itu diberi nama karbohidrat. Dalam bentuk sederhana, formula umum karbohidrat adalah CnH2nOn. Hanya heksosa (6-atom karbon), serta pentosa (5-atom karbon), dan polimernya memegang perana penting dalam ilmu gizi (Almatsier, 2001).
Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein (Winarno, 2002).
Sifat-sifat karbohidrat Beberapa sifat karbohidrat antara lain:
a.    Mono dan disakarida memiliki rasa manis yang disebabkan oleh gugus hidroksilnya, oleh karena itu golongan ini disebut gula.
b.    Semua jenis karbohidrat akan berwarna merah apabila larutannya (dalam air) dicampur dengan beberapa tetes larutan α-naftol (dalam alcohol) dan kemudian dialirkan pada asam sulfat pekat dengan hati-hati sehingga tidak tercampur. Sifat ini dipakai sebagai dasar uji kualitatif adanya karbohidrat (uji Molisch)
c.    Warna biru kehijauan akan timbul apabila larutan karbohidrat dicampur dengan asam sulfat pekat dan anthroe. Warna ini timbul karena terbentuknya furfural dan hidroksi furfural sebagai senyawa derifat dari gula-gula (Sudarmadji, 2003).
Sedangkan sifat-sifat umum karbohidrat menurut Soeharsono (1978), adalah sebagai berikut:
a.    Daya mereduksi
Bilamana monosakarida seperti glukosa dan fruktosa ditambahkan ke dalam larutan luff maupun benedict maka akan timbul endapan warna merah bata. Sedangkan sakarosa tidak dapat menyebabkan perubahan warna. Perbedaan ini disebabkan pada monosakarida terdapat gugus karbonil yang reduktif, sedangkan pada sakarosa tidak. Gugus reduktif pada sakarosa terdapat pada atom C nomor 1 pada glukosa sedangkan pada fruktosa pada atom C nomor 2. Jika atom-atom tersebut saling mengikat maka daya reduksinya akan hilang, seperti apa yang terjadi pada sakarosa. Larutan yang dipergunakan untuk menguji daya mereduksi suatu disakarida adalah larutan benedict. Unsur atau ion yang penting yang terdapat pada larutan tersebut adalah Cu2+ yang berwarna biru. Gula reduksi akan mengubah atau mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ (Cu2O) yang mengendap dan berwarna merah bata. Zat pereduksi itu sendiri akan berubah menjadi asam.
b.    Pengaruh asam
Monosakarida stabil terhadap asam mineral encer dan panas. Asam yang pekat akan menyebabkan dehidrasi menjadi furfural, yaitu suatu turunan aldehid.
c.    Pengaruh alkali
Larutan basa encer pada suhu kamar akan mengubah sakarida. Perubahan ini terjadi pada atom C anomerik dan atom C tetangganya tanpa mempengaruhi atom-atom C lainnya. Jika D-glukosa dituangi larutan basa encer maka sakarida itu akan berubah menjadi campuran: D-glukosa, D-manosa, D-fruktosa. Perubahan menjadi senyawaan tersebut melalui bentuk-bentuk enediolnya. Bilamana basa yang digunakan berkadar tinggi maka akan terjadi fragmentasi atau polimerisasi. Sehingga monosakarida akan mudah mengalami dekomposisi dan menghasilkan pencoklatan non-enzimatis bila dipanaskan dalam suasana basa. Tetapi pada disakarida dalam suasana sedikit basa akan lebih stabil terhadap reaksi hidrolisis. (Soeharsono,1978)














BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan
Alat                                                                 Bahan
Tabung Reaksi                                                Pereaksi Molisch
Penjepit Tabung Reaksi                                  H2SO4 Pekat
Rak Tabung Reaksi                                         Larutan Iodium
Pipet Tetes Pereaksi                                        Benedict
Sikat Tabung Reaksi                                       Pereaksi Milon
Pengatur Waktu                                              Larutan Uji (Amilum, Glikogen, Sukrosa, Maltosa, Fruktosa, Glukosa)           

3.2 Prosedur Kerja
A. Uji Molisch
1.      Masukkan 15 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi.
2.      Tambahakan 3 tetes pereaksi molisch lalu diaduk sampai homogen.
3.      Miringkan tabung reaksi, lalu alirkan denagn ahti-hati 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi agar tidak bercampur.
Reaksipositif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan.
B. Uji Benedict
1.      Memasukan dalam tabung reaksi 5 tetes larutan maltosa dan 15 tetes benedict. Campurlah dengan baik.
2.      Memasukan ke dalam penangas air selama 5 menit.
3.      Didinginkan secara perlahan-lahan.
4.      Memperhatikan warna atau endapa yang terbentuk.
Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan biru kehijauan, kuning, atau bata merah. Tergantung kadar gula pereduksi yang terbentuk.
C. Uji Milon
1.      Memasukan 2 ml larutan maltosa ke dalam tabung reaksi.
2.      Menambahkan 1 ml pereaksi molon pada tabung reaksi.
3.      Kemudian panaskan di penangas air.
4.      Amati perubahan yang terjadi.
























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan.

A. Uji Molisch
Bahan
Hasil Uji Molisch
Karbohidrat (-/+)
Amilum 1 %
Terbentuk dan lapisan ada cincinya
+
Glikogen 1 %
Warna keruh
-
Sukrosa 1 %
Lapisan warna putih
-
Maltosa 1 %
Tidak ada lapisan warna dan panas
-
Fruktosa 1 %
Warna bening dan panas
-
Glukosa 1 %
Tidak ada perubahan warna
-

B. Uji Benedict
Bahan
Hasil Uji Benedict
Gula Reduksi (-/+)
Amilum 1 %
Lapisan biru kehijaun
+
Glikogen 1 %
Lapisan biru kehijaun
+
Sukrosa 1 %
Lapisan biru kehijaun
+
Maltosa 1 %
Lapisan biru kehijaun
+
Fruktosa 1 %
Lapisan biru kehijaun
+
Glukosa 1 %
Tidak ada
-

C. Uji Milon
Bahan
Hasil Uji Milon

Amilum 1 %
Berubah warna keruh

Glikogen 1 %
Tidak terjadi

Sukrosa 1 %
Tidak ada perubahan warna

Maltosa 1 %
Tidak ada perubahan warna

Fruktosa 1 %
Tidak ada perubahan warna

Glukosa 1 %
Tidak ada perubahan warna


5.2 Pembahasan
          Pada patikum kali ini melakukan uji karbohidrat ( molisch, benedict, dan milon) terhadap larutan uji Maltosa. Pada uji molisch tidak terjadi perubahan warna pada maltosa atau warna tetap bening. Menurut teori ketika terjadi perubahan warna biru dan terbentuk cincin maka larutan tersebut positif mengandung karbohidrat. Sehingga dari percobaan ini menandakan bahwa maltosa negatif mengandung karbohidrat.
            Pada uji kedua yaitu uji benedict. Uji benedict adalah uji untuk mengetahui ada atau tidaknya gula reduksi dalam suatu larutan. Adanya gula pereduksi ditandai dengan larutan berubah warna pada endapan menjadi biru kehijauan, kuning atau merah bata, perubahan warna ini tergantung dengan kadar gula pereduksi yang ada. Dan untuk uji benedict terhadap larutan maltosa, setelah diuji ternyata menghasilkan warna endapan biru kehijauan. Ini menandakan di dalam maltosa terdapat kadr gula pereduksi yang cukup besar.
            Dan uji yang terahir adalah uji milon. Pada uji yang terahir ini menghasilkan warna larutan maltosa setelah diuji tetap seperti sebelum diuji atau tidak terjadi perubahan warna. Dalam cara kerja pada nomor ketiga dijelaskan tentang penambahan 1 tetes larutan NaNO2 1% yang akan membuat larutan atau endapan menjadi merah bata. Tetapi pada uji ini tidak dilakukan langkah itu sehingga mungkin hal inilah yang membuat larutan tidak berubah warna. Dan juga pada langkah sebelumnya dijelaskan bahwa ketika dipanaskan larutan akan membentuk warna kuning, tetapi hal ini tidak terjadi pada maltosa. Untuk yang satu ini belum diketahui letak kesalahanya.




BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.      Adanya kadar karbohidrat pada suatu bahan ditandai dengan terbentuknya cincin warna ungu pada saat larutan tersebut diuji dengan pereaksi molisch.
2.      Monosakarida merupakan karbohidrat yang berbentuk aldehid atau keto dan memiliki 2 atau lebih gugus hidroksil. Sedangkan disakarida merupakan gabungan 2 monosakarida yang terikat pada O-Glikosidik.
3.      Pada amilum dan glikogen terdapat polisakarida yang ditandai dengan perubahan warna larutan.
4.      Adanya kadar gula pereduksi pada suatu bahan ditandai dengan terbentuknya endapan biru kehijauan, kuning atau merah bata pada saat uji benedict. Warna ini dipengaruhi oleh kadar gula pereduksi yang ada di dalam larutan.

5.2 Saran
            Uji milon tidak terdapat pada langkah kerja identifkasi karbohidrat, semoga pratikum kedepan terjadi perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah 1. Tidak melakukan uji yang tidak terdapat pada langkah kerja, 2. Melakukan uji sesuai langkah kerja hingga selesai, atau 3. Uji mion dimasukkan ke dalam uji identifikasi karbohidart.











DAFTAR PUSTAKA

Soeharsono, 1978. Petunjuk Praktikum Biokimia. PAU Pangan dan Gizi, UGM Yogyakarta.
Sudarmadji, Slamet dkk., 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta Winarno, F.G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Almatsier. S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran  EGC.
Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : 
            Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.