LAPORAN PRATIKUM BIOKIMIA
OLEH
Nama : Fero Susanto
NPM : E1G013084
Kelompok : 4 (Empat )
Hari/Jam : Senin/12.00-13.40 WIB
Tanggal : 10 November 2014
Ko-Ass : 1. Asima Rohana Sinaga
2. Weka
M Bangun
Dosen : Dra. Devi Silsia, M,Si
Objek Pratikum : Uji Kelarutan dan Pengendapan
Protein
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup,
baik tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar bagian tubuh, protein merupakan
komponen terbesar setelah air. Kira-kira lebih dari 50% berat kering tubuh
terdiri dari protein. Protein adalah senyawa organik kompleks yang terdiri dari
unsur-unsur karbon (50-55%), hidrogen (± 7%), oksigen (± 13%) dan nitrogen
(1-2%). Ada beberapa jenis protein lainya mengandung unsur logam seperti besi
dan tembaga.
Protein sangatlah dibutuhkan oleh
tubuh kita, karena protein berfungsi sebagai salah satu sumber energi yang
dibutuh kan tubuh. Selain itu pula protein juga berperan dalam sintesis hormon
dan pembentukan enzim dan antibodi. Protein juga dibutuhkan bagi tubuh dalam
jumlah yang besar.
Protein juga merupakan polipeptida yang memiliki
kira-kira 100 sampai 1.800 lebih residu asam amino. Protein alamia memiliki 20
jenis asam amino. Berat molekul protein sangatlah besar, ribuan sampai jutaan.
Sehingga merupakan suatu makromolekul. Seperti senyawa polimer lain, protein
dapat dihidroisis oleh asam, basaatau enzim dan menghasilkan campuran asam-asam
amino.
Pada umumnya protein sangat peka terhadap
pengaruh-pengaruh fisik dan kimia. Sehingga mudah mengalami perubahan bentuk.
Perubahan atau modifikasi pada struktur protein tersebur disebut denturasi.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas, pH, tekanan,
aliran listrik dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol atau sabun. Proses
denaturasi berlangsung secara reversible dan juga ireversibel tergantung pada
penyebabnya.
2.
Tujuan Pratikum
1.
Mengetahui daya larut protein
terhadapa pelarut tertentu.
2.
Mengetahui pengaruh larutan garam
konsentrasi tinggi terhadap kelarutan protein.
3.
Mengetahui pengaruh logam berat
dan asam organik terhadap kelarutan protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Kata protein sebenarnya berasal dari
kata Yunani yang berarti pertama yang paling penting, asal dari kata protos. Protein terdiri dari
bermacam-macam golongan makromolekul heterogen. Walaupun demikian semuanya
merupakan turunan dari polipeptida dengan berat molekul yang tinggi, secara
kimia dapat dibedakan antara protein sederhana yang terdiri dari polipeptida
dengan berat molekkul yang tinggi (Sumardjo. 2006).
Secara kimia dapat
dibedakan antara protein sederhana yang terdiri dari polipeptida dan protein
kompleks yang mengandung zat-zat makanan tambahan seperti hern, karbohidrat,
lipid atau asam nukleat. Secara fungsional protein juga menunjukkan banyak
perbedaan. Dalam sel mereka berfungsi sebagai enzim, bahan bangunan, pelumas
dan molekul pengemban. Tapi sebenarnya protein merupakan polimer alam yang
tersusun dari berbagai asam amino melalui ikatan peptida (Hart, 1987).
Protein adalah suatu
senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan hingga jutaan
satuan(g/mol). Protein tersusun dari atom-atom C,H,O dan N ditambah beberapa
unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan
asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan yang
lain, menentukan sifat biologis suatu protein. (Sabiston, 1987).
Protein adalah sumber
asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan
karbohidrat. Molekul protein mengandung gula terpor belerang, dan ada jenis
protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. (Winarnno, 1997).
Protein mempunyai berbagai
fungsi, diantaranya : merupakan katalis biokimia (enzim), alat pengangkut dan
penyimpan, penunjang mekanisme tubuh, pertahanan tubuh perambatan implus saraf
dan pengendali pertumbuhan. Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki,
yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua),
tersier(tingkat tiga), dan kuartener(tingkat empat). Struktur primer protein
bisa ditentukan dengan beberapa metode : hidrolisis protein,dengan asam kuat(Lehninger 1988).
Sifat-sifat protein berbeda-beda saat berhidrolisis
dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainya.
Kelarutan protein akan berkurang bila kedalaman larutan protein ditambahkan
garam-garam anorganik. Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam
untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan
molekul protein untuk menngikat air. Garam anorganik lebih menarik air maka
jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang (Hamdan. 2007).
Protein dapat
diendapkan dengan pennambahan alkohol. Pelarut organik akan mengubah
(mengurangi) konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein
berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap
air (Effendi 2003)..
Protein merupakan
biopolimer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural
pada sel maupun jaringan dan organ, sebagai enzim suatu
biokatalis, sebagai pengemban atau pembawa senyawa atau zat
ketika melalui biomembran sel, dan sebagai zat pengatur. (Effendi 2003).
Melalui
reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi
berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino
non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin,
Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu
asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin,
Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam
amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino
yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai
delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin,
Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa
disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar
seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Pearce. 2009).
BAB III
METODOLOGI
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Tabung Reaksi Larutan NaOH 10%
Penjepit Tabung Larutan CuSO4 5%
Rak Tabung Reaksi Larutan HCl 10%
Pipet Tetes Aqudes
Pipet Ukur Larutan
(NH4)2SO4 jenuh
Larutan
HgCl2 5 %
Larutan
CaCl2 5 %
Larutan Pb-Asetat 5 %
Larutan NaCl 5 %
Larutan BaCl 5 %
Albumin telur
3.2 Prosedur Kerja
A. Uji Kelarutan Protein
1. Menyediakan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan aquades, HCl 10%,
NaOH 40% dan alkohol 96% sebanyak 1 ml.
2. Menambahkan 2 ml albumin pada setiap tabung reaksi.
3. Mengocok dengan kuat lalu mengamati sifat kelarutan.
B. Uji Pengendapan
Protein dengan Garam
1. Menyediakan 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml albumin.
2. Pada setiap tabung masing-masing ditambahkan larutan NaCl 5%, BaCL 5%, CaCl
5% dan (NH4)2SO4 jenuh tetes demi tetes sampai terbentuk endapan.
3. Selanjutnya kembali tambahkan larutan garam secara berlebihan. Lalu dikocok
dan diamati perubahan yang terjadi.
C. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan
Asam Organik
1. Menyediakan 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml albumin.
2. Pada kelima tabung berturut-turut ditambahnkan 10 tetes CuSO4 5%, HgCl 5%
dan Pb-Asetat 5%.
3. Kemudian goyang tabung dan amati perubahan yang terjadi.
D. Uji Denaturasi
1. Menuangkan 3 ml albumin ke dalam tabung reaksi.
2. Memanaskan sampai mendidih sampai beberapa menit dengan api kecil.
3. Amati perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
A. Uji Kelarutan Protein
Bahan
|
Tabung I
|
Tabung Ii
|
Tabung Iii
|
Tabung Iv
|
Albumin Telur
|
2 Ml
|
2 Ml
|
2 Ml
|
2 Ml
|
Aquades
|
1 Ml
|
|||
Hcl 10%
|
1 Ml
|
|||
Naoh 40%
|
1 Ml
|
|||
Alkohol 96%
|
1 Ml
|
|||
Kocok Tabung
Reaksi Dengan Kuat
|
||||
Hasil :
Larut Atau
Tidak Larut
|
Tidak Larut
|
Tidak Larut
|
Larut
|
Larut
|
B. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Bahan
|
Tabung I
|
Tabung II
|
Tabung III
|
Tabung IV
|
Tabung IV
|
|||||
Albumin Telur
|
2 Ml
|
2 Ml
|
2 Ml
|
2 Ml
|
2 ml
|
|||||
Nacl 5%
|
Berlebih
|
|||||||||
Bacl 5%
|
Berlebih
|
|||||||||
Cacl 5%
|
Berlebih
|
|||||||||
Aluminium Sulfat
|
Berlebih
|
|||||||||
(Nh4)2so4
|
Belebih
|
|||||||||
Kocok Tabung
Reaksi Dengan Kuat
|
||||||||||
Hasil :
Endapan Banyak/Sedikit
|
Sedikit
|
Banyak
|
Sedikit
|
Sedikit
|
sedikit
|
C. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan
Asam Organik
Bahan
|
Tabung I
|
Tabung Ii
|
Tabung Iii
|
Albumin Telur
|
2 Ml
|
2 Ml
|
2 Ml
|
Cuso4 5%
|
10 Tetes
|
||
Hgcl 5%
|
10 Tetes
|
||
Pb-Asetat
5%
|
10 Tetes
|
||
Kocok Tabung
Reaksi Dengan Kuat
|
|||
Hasil :
Ada Endapan
Atau Tidak
|
Terdapat Endapan
Biru
|
Terdapat Endapan
Putih
|
Tidak Ada
Endapan
|
D. Uji Denaturasi
Bahanuji dan
perlakuan
|
Pengamatan
|
Albumin telur
dipanaskan
|
Setelah dipanaskan
albumin menjadi putih susu dan ada endapan
|
4.2 Pembahasan
Pada percobaan pertama dimana protein yang terdapat di
dalam albumin telur merupakan salah satu dari protein globular dimana protein
ini akan larut ketika dicampur dengan air ( aquades ), NaOH, Alkohol dan HCl.
Sehingga pada percobaan pertama semua protein larut “sesuai dengan teori
protein globular” tetapi ada beberapa yang menghasilkan endapan yang sangat
sedikit.
Pada percobaan kedua hanya garam BaCl2 yang menghasilkan
endapan protein dan 4 garam lainya seperti NaCL, CaCl, aluminium sulfat, dan
(NH4)2SO4 jenuh tidak menghasilkan
endapan yang begitu terlihat. Hal ini sangat jauh berbeda dari teorinya
sendiri yang mengatakan bahwa ketika larutan garam dimasukan protein maka
protein tersebut akan mengendap. Kesalahan mungkin terjadi pada saat
pencampuran larutan garam dengan proteinya. Kemungkinan garam belum terlalu banyak
dimasukkan sehingga belum berfungsi sebagaipelarut dari protein.
Dalam pratikum ketiga
karena larutan Asam Organik (TCA dan Asam Sulfosalisilat) tidak tersedia maka
yang di pratikumkan hanya dengan 3 bahan terahir. Dimana pada protein ketika ditambahkan
logam akan mengalami pengendapan dan hasilnya setelah pratikum semua albumin
mengalami pengendapan secara ireversibel karean protein berikatan dengan logam
sehingga mudah mengendap.
Protein sangat peka terhadap pengaruh fisik dan kimia
sehingga medah mengalami perubahan bentuk inilah yang disebut denaturasi. Pada
percobaan kali ini dilakuka uji pengaruh fisik terhadap protein albumin dengan
cara dipanaskan. Sehingga hasilnya terjadi perubahan bentuk pada albumin
menjadi putih dan mengeras sehingga akan sangat mudah untuk mengendap. Penyebab
dari perubbahan ini adalah suhu panas yang dihasilkan oleh kompor penangas air.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Daya larut protein di setiap larutan berbeda-beda tergantung dengan jenih
larutan dan konsentrasi larutan itu sendiri.
2. Ketika konsentrasi garam pelarut semakin tinggi maka garam tersebut semakin
efektif dalam mengendapkan protein.
3. Protein pada umunya tidak larut tehadap Asam Organik dan juga logam. Dan
juga megalami denaturasi.
5.2 Saran
Untk pratikum
selanjutnya ada baiknya dijelaskan dahulu pendahuluan pratikumnya tidak hanya
prosedur kerjanya saja yang dibaca.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan mengapa
dengan penambahan garam berkonsentrasi tinggi dapat mengurangi kelarutan
protein sehingga protein mengendap?
Jawab :
Karena dengan semakin
tinggi konsentrasi garam maka protein akan semakin sukar larut hal ini
diakibatkan larutan agaram semakin pekat dan juga semakin lemah mengikat
protein sehingga protein mengendap.
2. Pada percobaan
manakah garamnya paling efektif dalam mengendapkan proein? Mengapa.
Jawab :
Garam yang paling
efektif adalah garam BaCl 5%. Karena jumlah muatan ion di dalam garam ini lebih
banyak.
3. jelaskan mengapa
susu dan putih telur dapan menjadi antidotun pada keracuna logam-logam berat.
Jawab :
Karena logam yang
ditambahkan protein albumin akan menyebabkan logam dan albumin itu mengendap
sehingga racun dari logam berat tadi akan mudah untuk keluar dari tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Effendi
Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius (halaman : 207)
Hamdan
Ali. 2007. Buku Biokimia Laboratorium Dasar Universitas Trunojoyo,
[terhubung berkala] http://labdasar.trunojoyo.ac.id/buku%20biokimia.pdf [14 November 2014, 18:43]
Hart,H, 1987, Kimia Organik, Alih Bahasa: Sumanir
Ahmadi, Erlangga, Jakarta
Leningert, 1988, Essential Of General Organic And
Biochemistry, W.B.Sounders Company,
Philadelphia
Pearce
Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Yuliani Sri,
penerjemah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari : Anatomy
and Physiology for Nurses (halaman : 200)
Sabiston
David. 1987. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Andrianto Petrus,
penerjemah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan Dari : Essentials
of Surgery (halaman : 73)
Sumardjo Damin.
2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta
: Penerbit Buku Kedoktern EGC (halaman : 180)
Winarno, F.G, 1997, Kimia Pangan Dan Gizi, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Roulette with Baccarat - Wolverione
BalasHapusBaccarat uses 3 바카라 사이트 paylines and comes with an interesting range of bets. The basic bets are simple – just put 메리트카지노 the bet amount and the 바카라 bet amount