Senin, 01 Desember 2014

pemisahan kasein dari susu sapi



   LAPORAN PRATIKUM BIOKIMIA




OLEH

Nama                           : Fero Susanto
NPM                            : E1G013084
Kelompok                    : 4 (Empat )
Hari/Jam                      : Senin/12.00-13.40 WIB
Tanggal                        : 17 November 2014
Ko-Ass                        : 1. Asima Rohana Sinaga
  2. Weka M Bangun
Dosen                         : Dra. Devi Silsia, M,Si
Objek Pratikum           : Pemisahan Kasein dari Susu Sapi

 





LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Susu merupakan bahan makanan bernilai tinggi, kandungan gizinya lengkap dengan sifat gizi yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Komponen-komponen penting dalam air susu adalah protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa serta enzim dan bebearpa mikroba. Umumnya susu mengandung air 87,1%, emak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72%, dan beberapa vitamin larut dalam lemak susu yaitu vitamin A, D, E, dan vitamin K.
Susu harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan niali gizi yang tingi. Kandungan protein menrupakan parameter kualitas susu. Jika pprotein dihidrolisis secara sempurna maka akan terbentuk asam-asam amina sebagai hasilnya. Protein tersusun atas kira-kira 20 macam asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida yang dibentuk antara gugus karboksil asam amino dengan gugus amino dari asam amino berikutnya, karena jumlah yang cukup banyak inilah percobaan ini dilakukan gunua mengidentifikasi dan mengelompokkan asam-asam amino berdasarkan kemiripan strukturnya.
Menurut Adnan (1984) kasein dalalm susu merupakan partikel yang besar. Di dalamya tidak hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan mengandung juga zat-zat anorgabik seperti kalsium, phosfor, dan magnesium. Kasein merupakan partikel dan senyawa kompleksyang dinamakan casein micell.
              Kasein dapat diendapkan oleh asam, enzim rennet, dan alkohol. Selain penambahan asam, pengendapan kasein juga dilakukan dengan penambahan renin, yaitu suatuu enzim proteolitik yang diperoleh dari induk sapi betina. Oleh karena itu protein dapat di koagulasikan (digumpalkan) oleh asam yang terbentuk di dalam susu sebagai bentuk aktivitas mikroba. Kasein merupakan protein yang stabil terhadap pemanasan sehingga kasein tidak mengalami denaturasi bila air susu dipanaskan.

2.    Tujuan Pratikum
1.      Mengisolasi proein dari susu sapi.
2.      Menghitung rendemen kasein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sumber protein utama masyarakat di Indonesia sangat bergantung pada tingkat ekonominya. Masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, biasanya mengkonsumsi daging, ayam, telur, susu dan ikan sebagai sumber protein. Sedangkan masyarakat yang kurang mampu, biasanya mengkonsumsi biji-bijian dan kacang-kacangan terutama kedelai sebagai sumber protein. Susu sapi merupakan bahan pangan sehat karena kandungan nutrisinya yang hampir lengkap: air, lemak, protein, karbohidrat, asam amino, mineral dan vitamin (Lehninger.1992).
            Protein merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi tubuh, mempunyai fungsi sebagai pertumbuhan sel, pengganti sel yang rusak dan sebagai bahan bakar dalam tubuh manusia. Oleh sebab itu kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada manusia (Husni, et al., 2007)
Susu terdiri dari tiga komponen utama: air, lemak, dan protein. Protein yang terdapat dalam susu terdiri dari dua jenis, yakni kasein dan whey. Ciri dari protein adalah terdapatnya unsur N pada rantainya, tidak seperti lemak dan karbohidrat yang hanya terdiri dari unsur C, H, dan O.Protein merupakan senyawa yang sangat kompleks,terdiri dari 80% kasein dan 20% whey.Kasein termasuk jenus phospoprotein,terdiri dari beberapa unit asam amino yang terikat dengan ikatan peptida.
(Martoharsono, 1975).
Ukuran kualitas susu secara kimiawi dapat ditunjukkan oleh komposisi yang dikandung didalamnya, yaitu protein, lemak, dan laktosa. Pengujian kualitas susu pada hasil dari peternak sapi sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut pada pabrik susu perlu dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi untuk pengujian tersebut. Sementara ini untuk menentukan kandungan-kandungan susu tersebut pada kebanyakan koperasi susu di seluruh Indonesia masih dilakukan dengan cara konvensional, contohnya seperti metode Kjeldahl untuk pengujian kadar protein susu secara kimiawi, yaitu dengan 4 tahap perlakuan yaitu tahap destruksi, destilasi, titrasi, serta konversi. Hal ini akan membutuhkan banyak waktu, biaya dan energi yang tidak sedikit. Dengan suatu peralatan spektroskopi inframerah kesulitan-kesulitan tersebut dapat ditanggulangi. Hanya dengan menyediakan sedikit sampel susu (sekitar 5 cc) yang diletakkan pada tempat kaca, kemudian ditunggu proses beberapa saat (sekitar 2 menit) pada peralatan spektroskopi tersebut maka besarnya komposisi susu tersebut dapat diketahui. Keunggulan peralatan yang akan peneliti rencanakan tersebut, yaitu dapat dipergunakan dengan sangat praktis, akurat, cepat, dan murah (Ahyari, Jimmy. 2010).
Protein susu terbagi menjadi dua, yaitu Casein yang dapat diendapkan oleh asam dan Rennin, serta protein whey yang dapat mengalami denaturasi oleh panas pada suhu 65oC. Casein dalam susu mencapai 80 % dari total protein. Pengasaman susu oleh aktivitas bakteri menyebabkan mengendapnya casein. Whey adalah cairan susu tanpa lemak dan casein. Pasteurisasi susu dilakukan untuk mencegah kerusakan karena mikroorganisme dan enzim. Ada 2 macam metode pasteurisasi susu yaitu Holding methode dan HTST (High Temperature Short Time ) (Retno, et al., 2005).
Gluten (kasein) mengandung glutamin dan asparagin lebm dari 35 % dati komposisi asam aminonya. Dalam keadaan tidak terdenaturasi gugus-gugus amida pada rantai sampingnya membentuk ikatan bidrogen dengan gugus bidroksil serin dan tbreonin. Kelarutan gluten yang tinggi diduga sebagai akibat telah terjadinya denaturasi pada gluten sehingga ikatan bidrogen rusak. Sedangkan kasein (acid casein) yang kelarutannya sangat rendah diperoleb dati pengendapan protein susu bebas lemak pada kisaran pH 4.5 sampai 5.0. Protein ini mengandung ikatan bidrofobik antar molekul dalam jumlah besar (Rukmini H.S. dan Nur M.A., 2008). 
Susu skim mengandung kasein yang disertakan ke dalam medium pertumbuhan bakteri  berfungsi sebagai substrat enzim. Hidrolisis kasein digunakan untuk memperlihatkan aktivitas hidrolitik protease. Protease mengkatalisis degradasi kasein yaitu dengan memutuskan ikatan peptida CO-NH dengan masuknya air ke dalam molekul. Reaksi tersebut melepaskan asam amino (Andaiyani. 2011)     





BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan
Alat                                                                 Bahan
Gelas Kimia                                                    Susu Sapi Segar
Penjepit Tabung                                              Asam asetat glasial
Hot Plate                                                         Etanol
Batang Pengaduk                                            Eter
Termometer                                                     Kertas saring
Timbangan                                                      Aquades
Pipet Tetes                                                     

3.2 Prosedur Kerja
A. Persiapan Kertas Saring
1.      Menyiapkan selembar kertas saring.
2.      Dipanaskan dalam oven pada temperatur 105 º C.
3.      Setelah kandungan air pada kertas habis, masukkan kertas saring tersebut di dalam desikator sampai mencapai suhu kamar
4.      Menimbang kertas saring dan mencatat hasilnya.
B. Pemisahan Kasein
1.      Memasukan susu sapi segar sebanyak 50 ml ke dalam gelas lalu dipanaskan denagn suhu 40º C.
2.      Menambahkan tetes demi tetes asam asetat glasial sambil diaduk sehingga semua kasein mengendap.
3.      Selanjutnya suspensi tersebut didinginkan pada suhu kamar. Dan lakukan penyaringan.
4.      Hasil endapan dicuci beberapa kali menggunakan aquades lalu menggunakan 30 ml etanol.
5.      Mencuci endapan menggunakan etanol-eter (1:1).
6.      Kemudian dicuci menggunakan eter.
7.      Lalu pindahkan endapan ke dalam kaca arloji dan biarkan eter menguap.
8.      Lakukan penimbangan kasein dan lakukan penghitungan rendemen dari kasein tersebut.
9.      Membandingkan hasil yang diperoleh dengan jumlah kasein secara teoritis yaitu 3,5 g/100 ml air susu sapi.























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Pengamatan
No
Uraian
Bobot (gr)
1
Bobot kertas saring mula-mula (a)
1,03
2
Bobot kertas saring + kasein (b)
18,64
3
Bobot kasein = (b) - (a) =   (c)
17,61
4
Rendemen kasein = 2 (c) / 50 ml sampel
0,70


4.2 Pembahasan
            Pada saat pemisahan kasein dari susu sapi berdasarkan teori yang ada menyatakan bahwa akan didapat kasein sebanyak 3,5 gr per 100 ml susu yang disaring atau sekitar 1,75 gr per 50 ml susu yang disaring. Dan setelah dilakukan percobaan pemisahan kasein dari susu sapi segar didapatlah perbedaan data yaitu sebesar 0,70 gr / 50 ml susu segar atau 1,4 gr / 100 ml susu segar. Perbedaan yang sangat jauh antara hasil yang diperoleh dari percobaan dengan teori yang ada disebabkan oleh beberapa kesalahan dalam pratikum itu sendiri. Antara lain, mungkin waktu yang digunakan untuk mengeringkan kertas saring masih kurang, volume susu yang digunakan berkurang disebabkan oleh berbagai hal, mungkin juga karena kurang banyak memasukkan asam asetat glasial sehingga masih ada kasein yang masih belum mengendap dll. Kesalahan-kesalahan diatas mungkin yang menyebakan kurang banyaknya kasein yang dihasilkan sehingga sangat jauh berbeda dengan hasil teori yang ada.




BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
1.      Protein sebagian besar mengandung kasein ketika diisolasi
2.      Rendemen kasein berdasarkan teori adalah 3,5 gr / 100 ml dan dari hasil percobaan sendiri adalah 1,40 gr / 100 ml.

5.2   Saran
            Corong yang digunakan untuk tempat wadah penyaringan kedepan hendaknya lebih seragam agar pratikum efektif terhadap waktu untuk semuanya.
           



















JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan prinsip pemisahan kasein?
·         Susu sapi segar dipanaskan lalu dicampur menggunakan asam asetar glasial agar kasein mengendap dan tersaring oleh kertas saring.
·         Setelah itu kasein berturut-turut dicuci menggunakan aquades, etanol, etanol-eter dan eter.
·         Lalu kasein diletakakan di atas kaca arloji untuk kemudian ditimbang.
2. Jelaskan tujuan pencucian kasein dengan etanol dan eter ?
·         Supaya lemak yang masih tertinggal di kasein dapat dikeluarkan atau dipisahkan dari kasein. Sehingga setelah dicuci yang didapat hanya kasein saja.
3. Faktor apakah yang mempengaruhi rendemen kasein?
·         Faktor kekeringan dari pada saringan
·         Ketepatan saat mencampur kasein dengan bahan-bahan seperti aquades, etanol, eter dll.


















DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Jimmy. 2010. Isolasi Kasein (online). http://blogkita.info/isolasi-kasein/. Diakses pada tanggal 20 November 2014
Andaiyani. 2011. Pengertian kasein (online). http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2119918-pengertian-kasein/. Diakses pada tanggal 20 November 2014
Husni, et al., 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Yuliani Sri, penerjemah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Lehninger.1992. Dasar-dasar Biokimia. Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Martoharsono, Soeharsono. 1975. Biokimia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Retno, et al., 2005. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Andrianto Petrus, penerjemah.  Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Rukmini H.S. dan Nur M.A., 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Biokimia. Jakarta : Penerbit Buku Kedoktern EGC.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar