LAPORAN PRATIKUM BIOKIMIA
OLEH
Nama : Fero Susanto
NPM : E1G013084
Kelompok : 4 (Empat )
Hari/Jam : Senin/12.00-13.40 WIB
Tanggal : 17 November 2014
Ko-Ass : 1. Asima Rohana Sinaga
2. Weka
M Bangun
Dosen : Dra. Devi Silsia, M,Si
Objek Pratikum : Pemisahan Kasein dari Susu Sapi
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Susu merupakan bahan
makanan bernilai tinggi, kandungan gizinya lengkap dengan sifat gizi yang mudah
dicerna dan diserap oleh tubuh. Komponen-komponen penting dalam air susu adalah
protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa serta enzim dan bebearpa mikroba.
Umumnya susu mengandung air 87,1%, emak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu
0,72%, dan beberapa vitamin larut dalam lemak susu yaitu vitamin A, D, E, dan
vitamin K.
Susu harus memenuhi
syarat-syarat kesehatan dengan niali gizi yang tingi. Kandungan protein
menrupakan parameter kualitas susu. Jika pprotein dihidrolisis secara sempurna
maka akan terbentuk asam-asam amina sebagai hasilnya. Protein tersusun atas
kira-kira 20 macam asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan
peptida yang dibentuk antara gugus karboksil asam amino dengan gugus amino dari
asam amino berikutnya, karena jumlah yang cukup banyak inilah percobaan ini
dilakukan gunua mengidentifikasi dan mengelompokkan asam-asam amino berdasarkan
kemiripan strukturnya.
Menurut Adnan (1984)
kasein dalalm susu merupakan partikel yang besar. Di dalamya tidak hanya
terdiri dari zat-zat organik, melainkan mengandung juga zat-zat anorgabik
seperti kalsium, phosfor, dan magnesium. Kasein merupakan partikel dan senyawa
kompleksyang dinamakan casein micell.
Kasein dapat diendapkan oleh asam, enzim rennet, dan
alkohol. Selain penambahan asam, pengendapan kasein juga dilakukan dengan
penambahan renin, yaitu suatuu enzim proteolitik yang diperoleh dari induk sapi
betina. Oleh karena itu protein dapat di koagulasikan (digumpalkan) oleh asam
yang terbentuk di dalam susu sebagai bentuk aktivitas mikroba. Kasein merupakan
protein yang stabil terhadap pemanasan sehingga kasein tidak mengalami
denaturasi bila air susu dipanaskan.
2.
Tujuan Pratikum
1.
Mengisolasi proein dari susu sapi.
2.
Menghitung rendemen kasein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber protein utama
masyarakat di Indonesia sangat bergantung pada tingkat ekonominya. Masyarakat
dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, biasanya mengkonsumsi daging, ayam,
telur, susu dan ikan sebagai sumber protein. Sedangkan masyarakat yang kurang mampu,
biasanya mengkonsumsi biji-bijian dan kacang-kacangan terutama kedelai sebagai
sumber protein. Susu sapi merupakan bahan pangan sehat karena kandungan
nutrisinya yang hampir lengkap: air, lemak, protein, karbohidrat, asam amino,
mineral dan vitamin (Lehninger.1992).
Protein merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi tubuh, mempunyai
fungsi sebagai pertumbuhan sel, pengganti sel yang rusak dan sebagai bahan
bakar dalam tubuh manusia. Oleh sebab itu kekurangan protein dapat menyebabkan
gangguan pada manusia (Husni, et al., 2007)
Susu terdiri dari tiga
komponen utama: air, lemak, dan protein. Protein yang terdapat dalam susu
terdiri dari dua jenis, yakni kasein dan whey. Ciri dari protein adalah
terdapatnya unsur N pada rantainya, tidak seperti lemak dan karbohidrat yang
hanya terdiri dari unsur C, H, dan O.Protein merupakan senyawa yang sangat
kompleks,terdiri dari 80% kasein dan 20% whey.Kasein termasuk jenus
phospoprotein,terdiri dari beberapa unit asam amino yang terikat dengan ikatan
peptida.
(Martoharsono,
1975).
Ukuran kualitas susu
secara kimiawi dapat ditunjukkan oleh komposisi yang dikandung didalamnya,
yaitu protein, lemak, dan laktosa. Pengujian kualitas susu pada hasil dari
peternak sapi sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut pada pabrik susu perlu
dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi untuk pengujian tersebut.
Sementara ini untuk menentukan kandungan-kandungan susu tersebut pada
kebanyakan koperasi susu di seluruh Indonesia masih dilakukan dengan cara
konvensional, contohnya seperti metode Kjeldahl untuk pengujian kadar
protein susu secara kimiawi, yaitu dengan 4 tahap perlakuan yaitu tahap
destruksi, destilasi, titrasi, serta konversi. Hal ini akan membutuhkan banyak
waktu, biaya dan energi yang tidak sedikit. Dengan suatu peralatan spektroskopi
inframerah kesulitan-kesulitan tersebut dapat ditanggulangi. Hanya dengan
menyediakan sedikit sampel susu (sekitar 5 cc) yang diletakkan pada tempat
kaca, kemudian ditunggu proses beberapa saat (sekitar 2 menit) pada peralatan
spektroskopi tersebut maka besarnya komposisi susu tersebut dapat diketahui.
Keunggulan peralatan yang akan peneliti rencanakan tersebut, yaitu dapat
dipergunakan dengan sangat praktis, akurat, cepat, dan murah (Ahyari, Jimmy.
2010).
Protein susu terbagi
menjadi dua, yaitu Casein yang dapat diendapkan oleh asam dan Rennin,
serta protein whey yang dapat mengalami denaturasi oleh panas pada suhu
65oC. Casein dalam susu mencapai 80 % dari total protein.
Pengasaman susu oleh aktivitas bakteri menyebabkan mengendapnya casein. Whey
adalah cairan susu tanpa lemak dan casein. Pasteurisasi susu dilakukan
untuk mencegah kerusakan karena mikroorganisme dan enzim. Ada 2 macam metode
pasteurisasi susu yaitu Holding methode dan HTST (High Temperature
Short Time ) (Retno, et al., 2005).
Gluten (kasein)
mengandung glutamin dan asparagin lebm dari 35 % dati komposisi asam aminonya.
Dalam keadaan tidak terdenaturasi gugus-gugus amida pada rantai sampingnya
membentuk ikatan bidrogen dengan gugus bidroksil serin dan tbreonin. Kelarutan
gluten yang tinggi diduga sebagai akibat telah terjadinya denaturasi pada
gluten sehingga ikatan bidrogen rusak. Sedangkan kasein (acid casein) yang
kelarutannya sangat rendah diperoleb dati pengendapan protein susu bebas lemak
pada kisaran pH 4.5 sampai 5.0. Protein ini mengandung ikatan bidrofobik antar
molekul dalam jumlah besar (Rukmini H.S. dan Nur M.A., 2008).
Susu skim mengandung
kasein yang disertakan ke dalam medium pertumbuhan bakteri berfungsi
sebagai substrat enzim. Hidrolisis kasein digunakan untuk memperlihatkan aktivitas
hidrolitik protease. Protease mengkatalisis degradasi kasein yaitu dengan
memutuskan ikatan peptida CO-NH dengan masuknya air ke dalam molekul. Reaksi
tersebut melepaskan asam amino (Andaiyani. 2011)
BAB III
METODOLOGI
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Gelas Kimia Susu
Sapi Segar
Penjepit Tabung Asam asetat glasial
Hot Plate Etanol
Batang Pengaduk Eter
Termometer Kertas saring
Timbangan Aquades
Pipet Tetes
3.2 Prosedur Kerja
A. Persiapan Kertas
Saring
1. Menyiapkan selembar kertas saring.
2. Dipanaskan dalam oven pada temperatur 105 º C.
3. Setelah kandungan air pada kertas habis, masukkan kertas saring tersebut di
dalam desikator sampai mencapai suhu kamar
4. Menimbang kertas saring dan mencatat hasilnya.
B. Pemisahan Kasein
1. Memasukan susu sapi segar sebanyak 50 ml ke dalam gelas lalu dipanaskan
denagn suhu 40º C.
2. Menambahkan tetes demi tetes asam asetat glasial sambil diaduk sehingga
semua kasein mengendap.
3. Selanjutnya suspensi tersebut didinginkan pada suhu kamar. Dan lakukan
penyaringan.
4. Hasil endapan dicuci beberapa kali menggunakan aquades lalu menggunakan 30
ml etanol.
5. Mencuci endapan menggunakan etanol-eter (1:1).
6. Kemudian dicuci menggunakan eter.
7. Lalu pindahkan endapan ke dalam kaca arloji dan biarkan eter menguap.
8. Lakukan penimbangan kasein dan lakukan penghitungan rendemen dari kasein
tersebut.
9. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan jumlah kasein secara teoritis
yaitu 3,5 g/100 ml air susu sapi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No
|
Uraian
|
Bobot (gr)
|
1
|
Bobot
kertas saring mula-mula (a)
|
1,03
|
2
|
Bobot
kertas saring + kasein (b)
|
18,64
|
3
|
Bobot
kasein = (b) - (a) = (c)
|
17,61
|
4
|
Rendemen
kasein = 2 (c) / 50 ml sampel
|
0,70
|
4.2 Pembahasan
Pada saat pemisahan kasein dari susu sapi berdasarkan
teori yang ada menyatakan bahwa akan didapat kasein sebanyak 3,5 gr per 100 ml
susu yang disaring atau sekitar 1,75 gr per 50 ml susu yang disaring. Dan
setelah dilakukan percobaan pemisahan kasein dari susu sapi segar didapatlah
perbedaan data yaitu sebesar 0,70 gr / 50 ml susu segar atau 1,4 gr / 100 ml
susu segar. Perbedaan yang sangat jauh antara hasil yang diperoleh dari
percobaan dengan teori yang ada disebabkan oleh beberapa kesalahan dalam
pratikum itu sendiri. Antara lain, mungkin waktu yang digunakan untuk
mengeringkan kertas saring masih kurang, volume susu yang digunakan berkurang
disebabkan oleh berbagai hal, mungkin juga karena kurang banyak memasukkan asam
asetat glasial sehingga masih ada kasein yang masih belum mengendap dll.
Kesalahan-kesalahan diatas mungkin yang menyebakan kurang banyaknya kasein yang
dihasilkan sehingga sangat jauh berbeda dengan hasil teori yang ada.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Protein sebagian besar mengandung kasein ketika diisolasi
2. Rendemen kasein berdasarkan teori adalah 3,5 gr / 100 ml dan dari hasil
percobaan sendiri adalah 1,40 gr / 100 ml.
5.2 Saran
Corong yang digunakan
untuk tempat wadah penyaringan kedepan hendaknya lebih seragam agar pratikum
efektif terhadap waktu untuk semuanya.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan prinsip
pemisahan kasein?
·
Susu sapi segar
dipanaskan lalu dicampur menggunakan asam asetar glasial agar kasein mengendap
dan tersaring oleh kertas saring.
·
Setelah itu kasein
berturut-turut dicuci menggunakan aquades, etanol, etanol-eter dan eter.
·
Lalu kasein diletakakan
di atas kaca arloji untuk kemudian ditimbang.
2. Jelaskan tujuan
pencucian kasein dengan etanol dan eter ?
·
Supaya lemak yang masih
tertinggal di kasein dapat dikeluarkan atau dipisahkan dari kasein. Sehingga
setelah dicuci yang didapat hanya kasein saja.
3. Faktor apakah yang
mempengaruhi rendemen kasein?
·
Faktor kekeringan dari
pada saringan
·
Ketepatan saat
mencampur kasein dengan bahan-bahan seperti aquades, etanol, eter dll.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Jimmy. 2010. Isolasi Kasein (online). http://blogkita.info/isolasi-kasein/. Diakses pada tanggal 20 November 2014
Andaiyani. 2011. Pengertian kasein
(online). http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2119918-pengertian-kasein/.
Diakses pada tanggal 20 November 2014
Husni, et al.,
2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Yuliani Sri,
penerjemah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Lehninger.1992. Dasar-dasar Biokimia. Jilid 1. Jakarta :
Erlangga
Martoharsono,
Soeharsono. 1975. Biokimia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Retno, et al., 2005. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Andrianto Petrus,
penerjemah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Rukmini H.S. dan Nur
M.A., 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan
Kuliah Biokimia. Jakarta : Penerbit Buku Kedoktern EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar